Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Budidaya Bawang Merah dan Solusinya

Dalam budidaya tanaman tentu tidak lepas dari faktor penyebab kegagalan seperti serangan hama dan penyakit, minimnya informasi dan pengetahuan, serta berbagai penyebab kegagalan lainnya yang bisa menyebabkan kerugian.

Bawang merah merupakan komoditas sayuran hortikultura, bawang merah memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek dasar yang menarik.

Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau atau sekitar bulan April sampai Oktober sehingga mengakibatkan produksi dan harganya fluktuatif sepanjang tahun dan produktivitasnyapun rendah.

Berikut ini beberapa faktor penyebab kegagalan dalam budidaya bawang merah dan solusinya.

PERMASALAHAN BUDIDAYA BAWANG MERAH

Permasalahan bawang merah yang sering terjadi adalah produktivitas bawang merah yang masih rendah, hal ini terjadi karena beberapa kendala yaitu cara budidaya bawang merah yang dilakukan oleh petani kurang optimal, adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Tidak memperhatikan jenis tanah yang cocok untuk budidaya bawang merah
  2. Asal dalam memberikan pupuk
  3. Banyaknya serangan hama dan penyakit
  4. Penggunaan benih lokal yang diturunkan terus menerus tanpa pemuliaan
  5. Bawang merah cepat busuk karena kurang informasi dalam penanganan pasca panen.

SOLUSI PERMASALAHAN

  1.  Tidak memperhatikan jenis tanah yang cocok untuk budidaya bawang merah

Untuk permasalahan cara budidaya bawang merah yang kurang optimal, dikhususkan pada pengolahan tanah dan pemupukannya, karena kebanyakan para petani kurang mendapatkan informasi tentang hal ini.

Kebanyakan para petani menggunakan tanah yang kurang sesuai dengan bawang merah seperti tanah yang terlalu becek ataupun terlalu lembek, maka perlu diperhatikan bahwa bawang merah dapat tumbuh di tanah jenis aluvial.

Kelebihan dari budidaya bawang merah adalah dapat dilakukan meskipun hanya menggunakan lahan yang tidak terlalu luas.

  1.  Asal dalam memberikan pupuk

Untuk pemupukan, dosis pemupukanpun bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat.

Jika kelebihan Urea\ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

  1.  Banyaknya serangan hama dan penyakit dan pengendalian yang kurang tepat

Kendala yang tidak bisa lepas dari budidaya bawang merah adalah serangan hama, varietas bawang merah yang selama ini ditanam oleh para petani umumnya varietas yang sesuai ditanam di musim kemarau saja. Namun rentan terhadap serangan hama.

Adapun hama pada tanaman bawang merah diantaranya adalah sebagai berikut :

Ulat daun (Spodoptera exigua)

Biasanya telur ulat terletak pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, telur kemudian menetas menjadi larva kecil dan masuk kedalam daun.

Menimbulkan bercak disebabkan oleh larva yang menggerek bagian dalam daun dan hanya menyisakan lapisan epidermis, sehingga daun tampak menerawang tembus cahaya.

Hama ulat daun ini memiliki ciri-ciri berwarna hijau tua pada saat usia muda. Ulat ini akan berubah menjadi warna coklat tua dan bergaris-garis putih setelah usianya bertamabah tua. Ulat daun yang biasa menyerang bawang merah ini memiliki panjang sekitar 2,5 cm.

Ulat daun ini menyerang daun yang masih muda maupun yang sudah tua. Gejala tanaman yang terserang hama ini memiliki ciri timbulnya bercak berwarna putih transparan pada daun.

Pada serangan yang parah menyebabkan daun-daun mengering bahkan dapat menyerang bagian umbi bawang merah.

Cara pengendalian hama ini, yaitu sanitasi lahan, pengaturan jarak tanam, dan mengumpulkan kelompok telur pada daun kemudian dimusnahkan secara dibakar.

Selain itu, lakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif tunggal Chlorfenapyr dan Flufenoxuron

Thrips (Thrips tabaci)

Biasanya thrips ini menyerang tanaman bawang merah setelah berumur sekitar 30 hari setelah tanam disebabkan oleh kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu diatas rata-rata.

Hama thrips memiliki ciri warna kuning pucat, coklat, ataupun hitam, dimana semakin rendah suhu pada lingkungan maka akan berwarna semakin gelap. Hama trips dewasa memiliki ukuran kurang lebih 1 mm.

Hama thrips jantan tidak memiliki sayap, sedangkan yang betina memiliki dua sayap yang halus.

Nimfa dan imigo thrips menyerang pada bagian pucuk dan daun-daun yang muda dengan cara menghisap cairan selnya. Pada bagian daun-daun yang terserang maka akan berubah warna menjadi putih mengkilap, dan kemudian akan berubah menjadi coklat berbintik hitam.

Serangan berat pada tanaman bawang merah, yaitu daun menjadi putih dan pertumbuhan umbi pun akan terganggu menjadi kecil.

Pengendaliannya dengan cara memanfaatkan musuh alami trips yaitu predator kumbang macan Coccinellidae. Gunakan juga insektisida sistemik berbahan aktif  imadikoplorid, seperti besvidor, interprid, dan confidor. Aplikasikan pada waktu sore hari dengan dosis yang bijak.

Ulat grayak (Spodoptera litura)

Ulat grayak merupakan salah satu jenis hama utama yang aktif pada waktu malam hari dan bersembunyi pada siang hari.

Serangan ulat grayak ditandai dengan daun berlubang tidak rata, dan abnormal, serta daun menguning hingga kehitaman tampak busuk. Kemudian daun menjadi layu dan mengering, serta terkadang terdapat bercak kehitaman berwarna pekat.

Pengendalian hama ini bisa dilakukan dengan cara sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma secara teratur. Penerapan pola tanaman yang baik dengan cara mengatur jarak tanam, waktu tanam, rotasi tanaman, dan penanaman secara serempak.

Mengumpulkan telur atau larva beserta daun yang terserang kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar. Bisa menggunakan musuh alami Eriborus argenteopilosus, Apenteles sp. Telenomeus sp, Brachymeria sp, dan Bacillus thuringensi.

Selain itu bisa menggunakan insektisida berbahan aktif, seperti Sipermetrin, Siromezin, Fenfvalerat, dan BPMC.

Adapun penyakit pada tanaman bawang merah diantaranya adalah sebagai berikut :

Penyakit cekik atau dumping off

Penyakit ini sering menyerang tanaman muda yang ditanam dari biji, sewaktu masih di persemaian, penyakit ini menyerang bagian tanaman bawah batang sampai leher batang, hingga akar dan leher batang busuk serta mengering.

Biasanya tanaman akan layu mendadak tanpa menimbulkan gejala menguning pada daunnya, penyakit ini dapat ditularkan melalui biji.

Penyakit mati pucuk

Penyakit ini mula-mula menyerang pucuk daun sehingga warnanya menguning kemudian sel-selnya mati lalu mengering, selanjutnya gejala menjalar ke bawah sampai kurang lebih 15 cm, bagian yang kering ini akhirnya terkulai ke bawah sambil membentuk pilinan.

Penyakit ini disebarkan melalui udara dan bersembunyi di dalam tanah.

Penyakit trotol/downy mildew atau embun upas

Penyakit ini menyerang secara sistematis atau lokal dan disebarluaskan melalui udara, tanaman yang terserang akan merana dan daunnya akan menjadi pucat serta menguning. Bila udara lembab daun yang terserang akan menunjukkan gejala bintik-bintik berwarna ungu bila udara kering akan menyebabkan bintik-bintik putih sedemikian rupa.

Penyakit noda ungu

Penyakit ini menyerang daun, tangkai bunga dan umbi bawang, penyakit ini menyerang melalui luka atau mulut kulit dan memberikan gejala bintik lingkaran konsentris warna ungu yang melebar sehingga menjadi semakin tipis yang akhirnya menjadi abu-abu pada daerah sekitarnya, Bagian yang rusak umumnya membentuk cekungan.

Penyebarannya diduga melalui umbi bibit dan percikan air dari dalam tanah, gejalanya sering timbul bersama dengan embun upas.

Pengendalian hama dan penyakit

Yang perlu diperhatikan dalam pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida yaitu:

Gunakan pestisida nabati karena lebih aman dan ramah lingkungan, sedangkan penggunaan pestisida kimia bisa diaplikasikan jika memang benar-benar diperlukan dan serangan sudah cukup parah.

Pilihlah pestisida yang tepat dan sesuai target hama atau penyakit.

Jangan menggunakan pestisida lebih dari satu macam pada satu waktu penyemprotan, gunakan beberapa macam pestisida secara bergantian, agar hama dan penyakit tidak kebal terhadap satu macam pestisida.

Jangan menggunakan dosis yang berlebihan karena tidak efektif dan akan menambah biaya produksi.

Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan, sebaiknya sebelum matahari terbit atau sore hari. Cara penyemprotan tepat mengenai sasaran serta searah dengan angin.

  1.  Penggunaan benih lokal yang diturunkan terus menerus tanpa pemuliaan

Masih banyak petani menggunakan varietas lokal setempat yang diturunkan terus menerus tanpa pemuliaan, kelemahan menggunakan varietas lokal ini selain produksi rendah juga kurang tahan terhadap hama dan penyakit.

Ciri-ciri benih bawang merah yang bagus adalah :

Benih berukuran sedang, berdiameter 1,5-2 cm dengan bentuk simetris dan telah disimpan 2-4 bulan, warna umbi lebih mengkilap, bebas dari organisme pengganggu tanaman.

  1.  Penanganan pasca panen

Agar tidak busuk, bawang merah harus melalui penanganan yang bagus pasca panen, dengan adanya penanganan pasca panen dapat menambah nilai jual dan nilai harga yang tinggi.

Penanganan pasca panen adalah penjemuran dengan alas anyaman bambu, penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan daun.

Penjemuran kedua selama 2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit umbi yang terkelupas dan juga tanah yang terbawa dari lahan. Untuk penanganan pasca panen secara lengkap silakan baca Penanganan Pasca Panen Bawang Merah.

 

Demikian ulasan mengenai faktor penyebab kegagalan dalam budidaya bawang merah dan solusinya, semoga bermanfaat untuk anda.

Untuk membeli benih bawang merah ataupun perlengkapan pertanian lainnya, silakan kunjungi SentraTani.com

Sumber : Channel Youtube Taman Inspirasi