Sterilisasi Lahan Pertanian

Salah satu hal penting yang jarang diperhatikan oleh para petani sebelum proses penanaman adalah sterilisasi lahan atau tanah. Sterilisasi biasanya hanya dilakukan ketika proses penyemaian bibit, misalnya pada praktek penyemaian benih cabe, sebagian petani sudah mempraktekkan pada tanah atau media yang digunakan untuk penyemaian dengan mengukusnya terlebih dahulu untuk mensterilkan jamur, bakteri patogen dalam media tersebut.

Akan tetapi ketika berbicara mengenai lahan penanaman berupa hamparan lahan luas seperti sawah, kebun dan sebagainya, sterilisasi tanah jarang diperhatikan.

Seperti contoh, pada lahan bekas penanaman padi yang baru saja dipanen, umumnya para petani akan langsung membajak, mengolahnya dan langsung menanaminya kembali tanpa jeda.

Dari contoh tersebut maka timbul pertanyaan apakah lahan tersebut sudah steril dari hal-hal yang mengganggu misalnya serangga, telur-telur serangga yang nantinya dapat berkembang untuk mengganggu tanaman ataupun dari jamur-jamur patogen? Jawabannya tentu belum steril. Maka dari itu sterilisasi lahan/tanah penting untuk dilakukan sebelum proses penanaman.

Sterilisasi lahan pertanian setidaknya memiliki 2 tujuan, yang pertama membasmi patogen berupa hewan-hewan misalnya serangga atau telurnya yang masih berada di lahan, sedangkan yang kedua adalah membasmi jamur, patogen ataupun cendawan yang hidup di lahan.

Misalnya tanaman padi yang ditanam pada suatu lahan dan terserang jamur oncom yang menyerang bulir padi yang baru berkembang, maka setelah padi dipanen kemungkinan besarnya akan tersisa spora jamur tersebut pada lahan. Sehingga jika lahan tersebut langsung ditanami maka pada budidaya berikutnya jamur oncom tersebut masih tetap ada di lahan, dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Dengan demikian sterilisasi lahan ini penting untuk dilakukan. Adapun sterilisasi ini dilakukan pada fase sebelum kita memasukkan bakteri baik maupun jamur baik pada lahan. Jadi terlebih dahulu kita pastikan bahwa materi atau makhluk-makhluk yang bersifat patogen sudah hilang dari lahan, lalu pada lahan tersebut baru kita beri jamur atau bakteri baik.

Selain hal tersebut diatas perlu diketahui pula bahwa sebagian besar persoalan dari proses penanaman dan perawatan tanaman bersumber dari media tanam. Nah, hal ini terkadang kurang disadari sehingga kemudian ketika tanaman baru tumbuh tiba-tiba jamur sudah menyerang. Sumber jamur pada tanaman tersebut bukan berarti berasal dari luar, namun bisa saja sumber jamur tersebut ada pada media tanam yang digunakan, karena itu sekali lagi bahwa sterilisasi penting untuk dilakukan.

Adapun cara melakukan sterilisasi lahan tersebut adalah dengan mengaplikasikan pestisida berupa insektisida dan fungisida dengan cara mengocorkan atau menyemprotkan pestisida tersebut ke lahan.

Hal ini memang terdengar tidak lazim, akan tetapi karena memang yang akan kita basmi untuk proses sterilisasi adalah hewan berupa serangga, telurnya dan juga jamur patogen yang nantinya berpotensi membawa masalah pada tanaman, maka mau tidak mau aplikasi pestisida tersebut harus dilakukan.

Nah untuk selanjutnya pestisida apa yang harus diberikan? Dalam hal ini sebaiknya menggunakan pestisida berupa insektisida dan fungisida yang bersifat organik, karena lebih aman terhadap lingkungan, tidak berdampak negatif bagi tanah dan tanaman serta tentunya akan lebih ekonomis jika kita bisa membuatnya sendiri. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat pestisida organik bisa Anda baca pada artikel kami sebelumnya.

Dan setelah proses sterilisasi ini selesai dengan jeda beberapa hari maka kita bisa memberikan jamur baik pada lahan, misalnya mikoriza dan trichoderma dengan cara menaburkannya pada lahan yang telah terlebih dahulu kita sterilkan.

Pertanyaannya, mengapa harus disterilisasi dahulu jika akan diaplikasikan trichoderma, bukankah trichoderma bermanfaat untuk membasmi patogen? Hal ini dilakukan selain untuk mengurangi beban kerja trichoderma juga bertujuan untuk memaksimalkan kerja dari trichoderma tersebut. Misalnya dalam suatu lahan sudah terlalu banyak jamur patogen sehingga trichoderma yang kita masukkan tidak cukup untuk melawan jamur patogen dengan jumlah yang jauh lebih banyak. Maka dari itu kita harus membantu kinerja trichoderma dengan terlebih dahulu membersihkan lawan-lawannya, baru memasukkan trichoderma ke dalam lahan.

Dengan metode ini kita pastikan bahwa lahan penanaman telah benar-benar steril. Karena bagaimanapun memasukkan tanaman yang sehat, misalnya yang sudah kita persiapkan di persemaian ke tanah yang sakit, itu sama saja dengan memberikan penyakit kepada tanaman. Dengan demikian sterilisasi pada media semai tidak akan banyak berguna ketika sterilisasi lahan penanaman tidak dilakukan.

Demikian ulasan mengenai sterilisasi lahan pertanian, semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk Anda.

Untuk membeli pestisida organik, ataupun perlengkapan pertanian lainnya, silakan kunjungi SentraTani.com

Referensi: Channel Youtube Ensiklo