Prospek Buah Anggur Hijau

Anggur adalah tanaman asli Eropa dan Asia Tengah yang kini sudah ditanam di berbagai belahan bumi, termasuk di tanah air. Manfaat anggur bagi kesehatan telah terbukti , yaitu mampu menyehatkan jantung, terutama karena kandungan flavonoid, resveratrol, serta polifenolat. Pada simposium internasional mengenai efek kesehatan dari buah-buahan dan sayuran, para ahli menunjukkan konsumsi anggur bisa meningkatkan fungsi jantung, mencegah pembesaran hati dan ginjal, serta mengurangi kerusakan oksidatif pada jantung dan ginjal.

Prospek buah anggur hijau

Anggur adalah buah impor yang dari sisi volume menduduki ranking kelima terbesar sesudah apel, jeruk, pear dan kurma. Tetapi dari sisi nilai, rankingnya menduduki tempat keempat. Sebab harga anggur lebih tinggi dibanding kurma. Buah yang berasal dari lembah di antara sungai Tigris dan Eufrat ini sudah dibudidayakan oleh manusia sekitar 4.000 tahun SM.

Dengan mudah kita dapat menemui buah anggur impor di supermarket, pasar tradisional, toko buah dan kios buah di sepanjang jalan. mulai yang berwarna merah, hijau dan ungu dengan kisaran harga yang tinggi antara Rp.30.000,- Rp.60.000/kg. untuk membaningkan buah anggur produksi dalam negeri yang harganya berkisar Rp. 15.000,-Rp.25.000,-. Melihat perkembangan impor yang begitu pesat menjadi pertanyaan buat kita apakah Indonesia tidak mampu menghasilkan anggur seperti anggur impor? Sebenarnya anggur dapat ditanam di Indonesia pada beberapa daerah yang memiliki kesesuaian syarat tumbuh. Bila kita menanam anggur varietas unggul di tempat yang sesuai dan budidaya yang baik, bukannya tidak mungkin kita dapat menghasilkan buah anggur yang dapat menyaingi buah impor.

Indonesia punya koleksi puluhan jenis anggur, baik untuk buah segar, wine maupun kismis. Kebun koleksi anggur itu berlokasi di Banjarsari, Pasuruan. Jadi pengembangan buah ini sebenarnya sangat strategis. Sumber bibitnya ada, agroklimatnya mendukung, pasarnya juga ada. Paling tidak untuk subtitusi anggur impor. dibandingkan dengan kawasan sub tropis, Indonesia sebagai negeri tropis sebenarnya juga punya beberapa keunggulan, disamping beberapa kelemahannya. Produktifitas anggur di kawasan tropis, lebih rendah dibanding dengan kawasan sub tropis. Jika di kawasan sub tropis hasil optimal anggur bisa mencapai 20 ton per hektar per tahun, maka di negeri kita hanya separonya. Tetapi panen anggur di kawasan sub tropis hanya bisa sekali dalam setahun. Di negeri kita bisa hampir tiga kali, bahkan saat panennya pun bisa kita atur sepanjang tahun.

 

Kalau umur panen anggur 105 hari semenjak pemangkasan daun, maka dalam setahun (365 hari) logikanya bisa panen 3 kali. Namun anggur menuntut masa istirahat 20 hari setelah habis panen sampai saat pemangkasan. Hingga total dalam 375 hari (setahun lebih 10 hari) kita akan panen anggur sebanyak tiga kali. Jadi kalau kita menghitung produktifitas per hektar per musim tanam, kita kalah dengan negeri sub tropis. Tetapi kalau kita menghitung tingkat produktifitas per hektar per tahun, maka anggur kita lebih produktif. Sebab dalam tenggang waktu 375 hari tersebut, rata-rata kita akan menghasilkan 30 ton anggur dalam tiga kali panen. Dengan catatan lahan yang kita tanami anggur merupakan lahan berpengairan teknis. Bisa berupa sawah atau lahan kering yang diberi sarana pengairan baik. Aplikasi pemupukan, baik organik maupun anorganik juga harus cukup. Sebab kalau tidak, tingkat produktifitasnya akan terus menurun hingga kurang dari 10 ton per hektar per musim panen.

Investasi minimal untuk membuka kebun anggur, per hektarnya bisa mencapai Rp 150.000.000,- Alokasi dana terbesar untuk membangun para-para (bisa juga pagar untuk sistem knifin), untuk sarana pengairan, pagar kebun dan bangunan serta jalan kebun. Untuk bibit dan penanamannya sendiri tidak terlalu mahal. Beda dengan buah-buahan tanaman keras lainya seperti mangga atau durian yang memerlukan skala minimal 10 hektar, anggur cukup dengan skala minimal 2 hektar untuk tujuan komersial. Para petani di Kediri yang hanya memanfaatkan pekarangan rumahnya sebagai “kebun anggur” tidak bisa disebut sebagai berskala komersial. Dengan bibit dan perawatan yang baik, dalam waktu 2,5 tahun anggur sudah mulai berproduksi. Dengan hasil optimal 10 ton, dengan harga jual di tingkat petani Rp 4.000,- per kg. maka akan diperoleh hasil kotor Rp 40.000.000,- sekali panen atau Rp 120.000.000,- dalam waktu 375 hari (1 tahun 10 hari). Namun keuntungan bersihnya masih harus dikurangi biaya operasional dan penyusutan.

Biaya operasional terbesar adalah untuk tenaga kerja dan pupuk. Untuk menghasilkan 10 ton buah per panen, diperlukan pupuk organik 5 ton (1 truk besar) per hektar. Pupuk kimianya meliputi ZA, Sp, KCL, NPK dan berbagai unsur mikro sampai sekitar 1 ton. Masih diperlukan pula Zat Perangsang Tumbuh (hormon tanaman) dan pestisida, terutama insektisida, fungisida dan bakterisida. Total biaya operasional termasuk untuk paking buah, bisa mencapai Rp 20.000.000,- per musim tanam. Hingga hasil bersihnya hanya sekitar Rp 20.000.000,-per panen. Kalau dana yang kita gunakan merupakan pinjaman komersial dengan grace period 3 tahun, dan masa pengembalian 5 tahun maka hasil bersih tadi masih akan dipotong untuk membayar cicilan dan bunga pinjaman. Tetapi secara kasar, menanam anggur untuk dipasarkan sebagai buah segar cukup menguntungkan. Sebab semakin tua umur tanaman, tingkat produktifitasnya akan semakin tinggi.

balitjestro.litbang.pertanian.go.id